Pages

Tuesday, February 21, 2012

Arab Saudi Pasca Usamah

Jenny Seville: Self Portrait
Usamah bin Ladin tewas di tangan pasukan khusus Amerika Serikat. Lebih dari sepuluh tahun terakhir, pria berjenggot lebat ini menjadi buronan nomor satu Amerika Serikat menyusul sejumlah aksi teror yang ia daku sebagai aksinya.

Dalam debat mengenai perang melawan terorisme, Usamah bin Ladin adalah tokoh yang unik dan kompleks. Ia mewakili perlawanan panjang terhadap rezim Saudi yang menguasai Jazirah Arab sepanjang 200 tahun lebih. Tapi pada saat yang sama, ia muncul sebagai sosok teror yang mengancam keamanan dunia.

Bin Ladin adalah satu dari sedikitnya 30.000 warga Arab Saudi yang dikirim ke Afganistan untuk melancarkan perang melawan Uni Soviet yang menduduki wilayah itu sejak awal 1980an. Tidak sulit baginya untuk menjadi tokoh penting dalam perang itu. Ia adalah anak konglomerat terkemuka Arab Saudi, Muhammad bin Ladin, yang melakukan pemugaran terhadap Masjidil Haram. Dengan kekuatan hartanya dan kesediannya untuk menyumbang membuatnya cepat terkenal. Oleh Madawi Al-Rasheed, ia disebut sebagai tokoh yang relatif netral di antara pertentangan kelompok-kelompok primordial Saudi.


Beberapa tahun sebelum keberangkatannya ke Afghanistan, terjadi pemberontakan yang sangat menggemparkan pada tahun 1979. Juhayman al-Utaibi memimpin ratusan pasukan pemberontak. Mereka berhasil menduduki Masjidil Haram selama dua minggu sampai akhirnya berhasil ditumpas oleh pasukan Arab Saudi yang dibantu pasukan udara Prancis.

Pemberontakan Juhayman adalah pengulangan kembali pemberontakan yang dilakukan salah satu kekuatan inti kerajaan Ibn Saud, Ikhwan, pada 1927. Pemberontakan itu ditumpas oleh tentara kerajaan dengan batuan sangat besar dari Inggris. Juhayman sendiri adalah cucu salah satu pimpinan Ikhwan yang memberontak itu.

Usamah bin Ladin menyaksikan dari jarak dekat pemberontakan Juhayman. Ia membaca risalah-risalah tuntutan Juhayman. Mereka memberontak terhadap rezim yang dinilai tidak lagi kukuh berpegang kepada prinsip-prinsip Wahhabiyah. Rezim Saudi dinilai adalah rezim korup dan berkerja sama dengan pihak “kafir.” Agama, bagi mereka, melarang gambar. Tapi rezim mengizinkan munculnya televisi yang mempertontonkan gambar manusia. Pada intinya, ini adalah gerakan melawan rezim Saudi yang korup.

Anak-anak muda seperti bin Ladin begitu terpukau oleh gerakan Juhayman. Pemberontakan itu sedikit banyak menggoyahkan klaim Ibn Saud sebagai pembela Islam dan pendiri negara suci Islam. Pada tahun yang sama, terjadi revolusi di Iran. Ketika warga Iran berhasil melawan rezim yang didukung oleh “Barat,”Arab Saudi malah asyik membangun koalisi dengan “Barat.” Citra ini begitu buruk bagi rezim Saudi yang memang dibangun di atas dasar pendirian negara suci Islam Wahhabi.

Pendudukan Uni Soviet di Afganistan menjadi pintu masuk bagi kerajaan Arab Saudi untuk membuktikan, terutama bagi warganya sendiri, bahwa kerajaan itu memang pembela Islam. Segera ia menyetujui pengiriman relawan perang ke Afganistan. Untuk sementara persoalan bisa diatasi. Arab Saudi mengirim anak-anak muda Saudi ke Afganistan untuk menyalurkan energi pemberontakan dan perang mereka di luar negeri. Sementara di dalam negeri aman.

Sudah bisa diduga bahwa persoalan akan muncul tidak lama setelah para kombatan Afganistan itu kembali. Tahun 1990, Saddam Husein menginvasi Kuwait. Di mata para kombatan, Saddam Husein dan partai Baathnya tidak lebih dari pasukan komunis Uni Soviet yang ateis. Invasi Saddam, bagi mereka, sama dengan invasi Uni Soviet ke Afganistan. Usamah bin Ladin mengajukan proposal kepada kerajaan agar ia dan pasukannya direstui berangkat ke Kuwait melawan pasukan Saddam. Alih-alih memberi restu, kerajaaan Arab Saudi malah mengundang Amerika Serikat untuk melindungi Arab Saudi dari kemungkinan serangan Saddam. Pangkalan militer AS dibuka di tanah suci.

Peristiwa itu mengguncang para kombatan. Tidak lama setelah itu, bom meledak di mana-mana. Pesan mereka jelas, mengusir tentara Amerika dari Saudi dan menurunkan rezim yang telah mendukung keberadaan pasukan itu. Usamah bin Ladin lari ke Sudan untuk kemudian ke Afganistan. Dari situlah ia membangun basis perlawanan. Melawan Amerika Serikat yang membangun pangkalan militer di tanah suci dan melawan kerajaan Arab Saudi yang memberi izin. Usamah bin Ladin memilih jalan teror. Seluruh dunia resah dan terancam.

Syukur Alhamdulillah, Usamah berhasil ditumpas. Tapi persoalan tidak selesai. Rezim Arab Saudi yang dicoba lawan oleh Usamah masih dan semakin berdiri kokoh. Oposan utamanya telah tamat. Sebagai rezim yang berdiri di atas legitimasi Islam keras dinasti Saud akan terus berupaya menarik simpati warganya. Ia akan terus mencitrakan diri sebagai pembela Islam Wahhabi yang bercorak keras dan kaku. Dan akan menjadi sangat berbahaya karena kerajaan ini berdiri di atas tanah suci dan kiblat umat Islam. Dan duh, mereka masih berlimpah minyak bumi.

Sebelumnya dimuat di www.islamlib.com

No comments: